Halo!
Kali ini, saya akan me-review game dengan kategori RPG yang berjudul Valthirian Arc: Hero School Story, yang dikembangkan oleh Agate Studio.
Yap, benar, game ini dikembangkan oleh pengembang yang berasal dari Bandung, Indonesia.
Bagaimanakah kualitas game ini? Apakah game ini dapat memenuhi ekspektasi saya?
Berikut ulasannya!
1. Bernuansa JRPG klasik
Ketika saya masuk main menu dan langsung memulai bermain, saya langsung teringat oleh game-game JRPG (Japanese Role-Playing Game) yang saya pernah mainkan, terutama pada era PlayStation.
Game ini memberikan presentasi JRPG dari segi art, music, dan yang paling khas adalah dialog box ala JRPG jadul.
Karakter di game ini tidak digambarkan dengan detail pada in-game modelnya, melainkan digambar dengan penggambaran dua dimensi.
Tidak ditemukan voice over pada setiap NPC di game ini, hanya menggunakan dialog box atau bubble.
Valthirian Arc mampu mengemas desain RPG jadul dengan sangat baik sehingga saya sama sekali tidak menyadari bahwa game ini merupakan game buatan lokal.
2. Grafik yang simpel dan sederhana yang enak dipandang
Game ini menggabungkan grafik era klasik dan modern, yaitu grafik cartoon dan cell shading dengan karakter yang chibi dengan model 3D, baik pada karakter dan lingkungannya, dengan resolusi grafik yang lumayan tajam.
Hal ini membuat saya cukup nyaman sepanjang permainan, meski bukan dengan grafik realistis seperti pada kebanyakan game yang keluar belakangan ini.
Tekstur yang disajikan cukup tajam dan memberikan separasi warna yang baik.
Ketika dalam kondisi battle, efek jurus dan pukulan ketika bertarung juga cukup ramai dan berwarna-warni.
Namun bagi saya, kadang-kadang banyaknya partikel membuat saya agak bingung ketika pertarungan, namun bukan hal yang fatal.
Kalau kamu dulu suka bermain MMORPG, mungkin kamu akan teringat dengan Seal Online ketika melihat grafik Valthirian, karena gayanya yang sangat mirip.
3. Konsep gameplay yang unik
Pada game ini, kamu bertugas sebagai kepala sekolah baru pada akademi Valthiria.
Kamu memiliki dua kewajiban, yaitu membangun akademi yang kamu tangani serta membina murid-murid yang masuk di akademi Valthiria untuk mengembangkan potensi mereka hingga lulus dari akademi.
Tugas pertama kamu adalah membangun akademi, kamu haru mampu mengatur keuangan dan terus meningkatkan reputasi akademimu.
Dengan dana dan persyaratan yang terpenuhi, kamu bisa membangun berbagai fasilitasi mulai dari kelas, asrama, taman, hingga gedung untuk job class yang spesifik.
Semua fasilitas itu bukan hanya untuk hiasa, loh.
Fasilitas-fasilitas tersebut sangat berguna untuk murid-murid akademimu dan status akademimu juga.
Beberapa bangunan dan ruangan memberika buff atau semacam ‘obat kuat’ ketika kamu menjalankan misi seperti bonus experience, bonus damage, dan lain-lain.
Beberapa bangunan lain juga berfungsi untuk menambah keuangan akademi dan meningkatkan reputasi akademi.
Karena dengan seiring dengan bertambahnya reputasi akademi kamu, kamu akan bisa membuka beberapa kelebihan lain seperti gedung baru, job class baru, dan murid-murid yang lebih berpotensial.
Pada segi ini, kamu harus cermat dalam berinvestasi dan mengeluarkan biaya.
Namun, tidak sesulit itu kok, untuk mengembangkan akademimu di game ini.
Kamu juga bisa mengumpulkan gold dan reputasi dengan menjalankan berbagai misi, yaitu misi utama dan misi sampingan.
Kamu bisa memilih misi yang kamu mau di menu khusus, dan tiap misi memiliki tingkat kesulitan berbeda.
Setelah kamu memilih misi, kamu akan memilih muridmu hingga empat orang per misinya.
Disanalah kamu akan bermain ala JRPG jadul dengan gameplay hack ‘n slash.
Game ini dimudahkan karena tiap misi memiliki rating tingkat kesulitan yang diberi bintang.
Jadi, jangan khawatir jika kamu belum cukup kuat untuk memilih misi tertentu karena misi sampingan untuk grinding juga disediakan.
Kamu juga diwajibkan untuk meluluskan murid-murid akademimu setiap semesternya.
Murid dinyatakan bisa lulus ketika mereka sudah mencapai level 10.
Murid yang lulus akan memberikan reputasi sejumlah gold dan reputasi.
Jadi, kamu harus bergantian dalam memilih party dalam misi agar murid-murid kamu bisa kuat dan banyak yang lulus,ya!
Dari segi gameplay, genre yang dibawakan cukup fresh dan membawa udara baru di bidang RPG.
Tidak melulu soal berantem, kita juga diajarkan cara membangun akademi dan memaksimalkan potensial setiap murid.
4. Interface dan tutorial yang mudah dipelajari
Dengan gameplay yang kedengerannya ribet, ternyata saya dapat memainkannya dengan luwes dan tidak terkendala sedikitpun.
Sejak awal game dimana kita memilih nama untuk akademi kita (kalau saya pribadi tetap memilih nama default Valthiria), kita sudah diberikan tutorial yang ringkas dan padat.
Tutorial hanya menunjukkan beberapa tombol, namun saya langsung mengerti sebagian besar fitur dan apa yang harus dilakukan dalam game ini karena interfacenya yang juga simple dan apa adanya.
Kalau kamu bingung mau kemana, tinggal cari tombol task dan mission.
Kamu juga tidak perlu bingung dalam me-manage akademi dan muridnya, karena interface mereka sudah memanjakan kamu yang tidak mau ribet.
Dijamin, hanya dengan bermain sebentar, kamu tidak akan pusing ataupun bingung mau kemana.
Mungkin saya memiliki sedikit isu pada kontrol ketika mode combat, terutama di platform saya bermain yaitu di PC.
Ketika saya bermain, pergerakan karakter menggunakan keyboard, dan saya baru menemukan beberapa shortcut secara intuitif.
Misalnya, tombol jurus kedua dan ganti formasi yang tidak diajarkan.
Lalu, isu saya yang paling mengganggu adalah kamera.
Pergerakan kamera menggunakan mouse sementara pergerakan karakter menggunakan keyboard.
Jadi kadang-kadang saya tidak bisa melihat karakter saya karena tertutup objek seperti pohon dan saya harus menggesernya zoomnya dengan mouse.
5. Tetap mengusung sistem gameplay RPG klasik
Rasanya akan aneh jika game RPG tidak memiliki unsur klasik RPG yaitu sistem class dan item crafting.
Class yang ditawarkan game ini cukup banyak.
Mungkin pada awalnya setelah murid kita mencapai level 10, kita hanya dapat memilih 3 class yaitu knight, rogue, dan magician.
Namun, seiring berjalannya alur game, class akan bertambah hingga 6 class, dengan dua subkategori dari 3 class utama tersebut.
Class yang ditawarkan cukup unik dan menarik dengan berbagai skillset yang berbeda beda.
Membuat saya mencoba berbagai kombinasi class pada satu party dan membuat saya grinding level murid-murid untuk bereksperimen.
Satu lagi adalah crafting yang sudah tidak asing lagi bagi para penggemar RPG baik JRPG maupun non JRPG.
Dari hasil berburu monster, kita bisa mendapatkan materia yang digunakan untuk crafting.
Namun jujur saja, saya agak sedikit kurang puas.
Hal ini dikarenakan rata-rata crafting kurang rewarding, bahan yang dibutuhkan pada umumnya hanya dua atau tiga dan hasilnya pun juga tidak jauh beragam.
Tidak ada senjata dengan efek khusus selain poin stats.
Bahan crafting pun terkadang bisa dibeli di NPC yang datang ke akademimu.
Jadi, jangan terlalu berharap banyak untuk craftingnya, ya.
6. Combat yang simpel, malah bisa dibilang terlalu simpel
Seperti pada poin gameplay sebelumnya, combat pada game ini mengusung sistem hack ‘n slash.
Kamu hanya cukup menekan satu tombol untuk memukul, lalu kamu bisa mengganti taktik bertarung tim dan bertukar kendali dengan 3 orang lainnya.
Kamu juga bisa mengeluarkan jurus-jurus khusus tiap orang di partymu. Lalu? Ya, sudah itu saja.
Kamu hanya perlu memukul musuhmu terus menerus dan temanmu akan secara otomatis mengikuti memukul targetmu.
Sesekali kamu bisa mengeluarkan skill khusus dengan cooldown yang rata-rata lama.
Namun sepanjang sebagian besar permainan saya tidak menggunakan skill malah, hanya beberapa bagian sulit saja.
Beberapa malah masih bisa di exploit, karena AI di game ini tidak sebagus itu.
Seperti misalnya, musuh pada umumnya mengejar karakter utama yang kita kendalikan.
Jadinya, saya bisa kabur ‘menggocek’ musuh sementara 3 teman saya memukulinya hingga mati.
Ngomong-ngomong soal musuh, varian musuh juga kurang unik dan tidak memiliki ciri khas.
Boss battle hanya terasa sulit karena damage yang dia berikan besar dan agak tebal saja.
Boss battle yang terasa agak unik hanyalah boss battle di akhir permainan.
Menurut saya, combat di game ini kurang dalam sehingga saya cenderung agak bosan.
Awalnya memang menarik karena saya pribadi sangat menyukai hack ‘n slash.
Namun semakin saya bermain saya merindukan elemen taktis pada game RPG pada umumnya seperti; formasi khusus, penggunaan jurus tiap karakter yang lebih bisa diorganisir, dan boss battle yang lebih tricky.
7. Selain combat, mayoritas isi game ini terlalu repetitif
Amat disayangkan, konsep unik game ini sebenarnya memberi ruang yang cukup luas dalam kedalaman gameplay-nya.
Namun, pada kenyataan eksekusinya, hal tersebut nampaknya tidak begitu diperhatikan.
Banyak sekali elemen pada game ini yang sangat repetitif sejak misi pertama kita memulai game ini.
Pertama adalah varian misinya. Kita memang bisa memilih misi sebebas kita.
Namun, kita memilih misi bukan dengan konsep game open-world.
Jadi maksudnya, kita baru akan bisa mengeksplor tempat-tempat yang memiliki monster dan loot lainnya hanya setelah kita memilih misi.
Setiap misi memiliki tempat yang berbeda dengan tugas yang berbeda-beda, dengan tanda kutip.
Mengapa dengan tanda kutip?
Rata-rata misi memiliki deskripsi dimana kita harus menyelamatkan orang, mengumpulkan objek penelitian, mencari pintu rahasia, dan lainnya.
Namun eksekusinya? Tidak sama sekali.
Mayoritas yang kamu lakukan hanyalah masuk ke daerah khusus misi tersebut, dan membunuh monster-monster dengan ditambahkan elemen kecil dari misi.
Intinya kamu tidak perlu pusing-pusing mengerjakan tiap misi.
Hajar saja monsternya dan tekan tombol untuk menyelesaikan objektifnya.
Terdengar hal ini poin positif yang membuat game ini semakin simpel namun bagi saya, ini sangat-sangat terasa membosankan.
Belum cukup dengan misi yang membosankan, terrain-nya juga sangatlah mengecewakan.
Di setiap misi, mulai dari saya bermain hingga tamat, dungeon tempat kita melakukan misi terasa itu-itu saja, hanya beda letak objek.
Dungeon sangatlah tidak variatif, seakan dungeon tersebut random-generated alias dicetak secara acak dengan template yang sama, hanya dengan misi dan monster yang berbeda.
Dungeon pertama dan dungeon pada akhir-akhir game yang terkesan mirip membuat saya agak jenuh dan bosan.
Oh ya, saya belum bilang kalau kamu juga perlu grinding yang lumayan banyak, agar murid-muridmu bisa diluluskan.
Kamu harus memiliki strategi agar murid baru yang level 1 bisa naik level dengan cepat misalnya dengan cara mengajak dia satu party dengan orang yang lebih kuat.
8. Hilangnya elemen-elemen yang krusial
Menurut saya, dengan presentasi berbasis JRPG klasik, agak disayangkan dengan kurangnya beberapa elemennya yang krusial.
Apa saja? Seperti yang sebelumnya saya telah sebutkan, elemen dungeon yang repetitif salah satunya.
Pada game ini, elemen eksplorasi sama sekali tidak ada.
Mencari harta karun atau collectibles, melawan secret boss, dan ‘kesasar’ di dungeon tidak ada sama sekali.
Game ini mungkin akan lebih cemerlang dengan adanya dungeon yang variatif dan lebih kaya akan konten di dalamnya.
Poin ini merupakan poin yang nilainya sangat subjektif, yaitu tidak adanya pula eksplorasi diluar dungeon, tidak ada sama sekali.
Kita memilih lokasi dungeon hanya via layar misi dan layar peta.
Jadi, jangan berharap kamu memiliki misi kunjungan ke kota atau akademi lainnya lalu mengeksplor keindahan dan keunikan kota tersebut layaknya RPG lainnya ya.
Bagi saya pribadi, hal ini agak mengecewakan, namun mungkin bagi anda hal ini merupakan hal positif jika anda tidak suka ribet kesana-sini.
Salah satu elemen lagi yang hilang adalah puzzle.
Game ini terlalu fokus pada elemen akademi yang notabene saya sangat suka, dengan mengorbankan elemen lainnya seperti dungeon run dan puzzle didalamnya.
Seingat saya, hanya kurang dari 5 misi yang memiliki ‘puzzle’ dan itupun tidak seberapa.
9. Plot yang kaya dengan karakter namun cenderung flat
Pada game ini, kita dikenalkan dengan berbagai karakter yang terlihat menarik dan masing-masing memiliki kepribadian yang unik meski hanya diamati dari dialog box.
Ada yang serius, ada yang suka bercanda, ada yang kisahnya mengharukan.
Namun, sayangnya varian karakter tersebut agak terbuang karena secara garis besar, cerita yang ditawarkan cenderung datar.
Saya pribadi menyukai game JRPG jadul dengan yang sangat repetitif dikarenakan game tersebut memiliki konsep plot yang membuat saya penasaran dan terus memainkannya karena ingin tahu apa yang terjadi selanjutnya.
Pada game ini, plot terkesan biasa saja, dan tidak membawa saya masuk ke dunianya.
Terdapat momen-momen twist dan momen yang seharusnya mengharukan pada game ini, namun karena buildup yang terkesan terburu-buru, jadi kesannya dipaksakan sehingga menjadi ‘meh’.
Konklusi akhir game ini juga membuat saya berkomentar “Hah? Gitu?”.
Yang jelas, daya tarik utama game ini dan fokusnya bukanlah pada alur ceritanya.
10. Musik yang selaras dengan nuansa gamenya
Untuk urusan musik, game ini sangat spot-on dari urusan musiknya.
Ketika main menu saja, saya sudah langsung teringat dengan seri Suikoden yang saya mainkan dulu.
Kekuatan musik makin terasa akibat fakta bahwa game ini sangat minim voice acting.
Tidak hanya musik, backsound lainnya seperti suara kerumunan orang di akademi dan suara efek kombat juga sangat cocok dengan presentasi gamenya.
Menurut saya, lebih dari setengah nuansa JRPG klasik pada game ini terletak akibat soundtrack dan backsoundnya yang tepat sasaran.
Kesimpulan
Valthirian Arc: Hero School Story merupakan RPG dengan nuansa yang fresh dan fondasi gameplay yang unik.
Saya pribadi sangat menikmati awal-awal gameplay pada game ini, terlebih game ini dikembangkan dari Indonesia, saya sangat salut.
Namun, sayangnya game ini memiliki kekurangan yang cukup fatal, terutama pada plot, terlalu repetitifnya misi serta combat, dan dungeon yang direcycle.
Diluar itu, saya sangat menikmati game ini secara keseluruhan dengan konsep akademinya yang seakan membuat saya bermain game tycoon.
Apakah game ini cocok untuk kamu? Coba kamu bandingkan kelebihan dan kekurangannya menurut saya.
Kelebihan:
- Konsep akademi yang sangat unik dan tidak ribet
- Gameplay keseluruhan yang cenderung simpel
- Grafik ringan, dan enak dipandang mata
- Durasi gameplay yang lama
Kekurangan:
- Sangat repetitif di berbagai bidang
- Plot yang sangat lemah
- Tidak ada eksplorasi dan grinding yang kurang rewarding
Skor Akhir: 65/100
Itulah ulasan saya mengenai game ini, saya berharap pada seri selanjutnya, dilakukan beberapa improvement dari sektor yang sudah ada sekarang.
Game ini memiliki ruang potensi yang sangat besar dan saya yakin game ini bisa menjadi game RPG yang hit pada segi internasional.
Ditulis oleh Ibrahim Gema dari Meow Citizen, blog kucing paling lengkap se-Indonesia.