Setiap saya memainkan game dari seri Assassin’s Creed, ada satu hal yang benar-benar menjanggal dalam hati saya.
Satu hal yang membuat saya menilai bahwa game ini agak aneh.
Satu hal yang mengurangi kenikmatan saya dalam bermain Assassin’s Creed, yang mana pun itu.
Sebelum saya beri tahu apa yang menjanggal, mari kita cari tahu apa itu assassin.
Assassin, berasal dari kata Hashshashin, yaitu sebuah kelompok tentara Islam yang merupakan anggota sekte Nizari Ismailis.
Mereka tercipta dikarenakan kurangnya jumlah tentara, sehingga mengharuskan pembunuhan haruslah seefisien mungkin.
Assassin, pada dasarnya adalah seorang pembunuh, pencabut nyawa, yang menggunakan skill dan kemampuannya untuk membunuh target dengan seprofesional mungkin.
Jadi, bila seseorang membunuh orang dalam perkelahian di bar dengan tidak sengaja, dia bukan seorang assassin, dia hanyalah pembunuh biasa.
Assassin lebih ke arah pekerjaan, seorang assassin membunuh sebagai pekerjaan utamanya, entah itu dibayar, maupun karena motivasi tertentu.
Yang jelas, mereka membunuh sebagai kegiatan utama.
Assassin berbeda dengan teroris yang membunuh terang-terangan.
Assassin dituntut untuk bisa membunuh secara diam-diam, tidak menimbulkan kegaduhan, namun tetap membuat lawan bergidik ngeri.
Nah, pada seri Assassin’s Creed pertama, yang dirilis pada tahun 2007, tokoh utama dalam game tersebut, yaitu Altaïr Ibn-La’Ahad adalah seorang anggota Levantine Brotherhood of Assassins.
Ia adalah seorang assassin dengan kostum jubah menyerupai para orang terpelajar yang gemar berdoa.
Lihat gambar di bawah.
Satu fitur dari kostumnya yang memungkinkan ia bisa membaur adalah hood yang merupakan bagian dari jubahnya.
Hal ini sangatlah wajar, mengingat para orang terpelajar tersebut juga memakai hood ketika berjalan sambil berdoa.
Dengan hood ini, dia bisa membaur dan menjalankan tugasnya dengan sempurna.
Namun, ketika Assassin’s Creed II dirilis, di sinilah muncul awal mula semua kejanggalan Assassin’s Creed series.
Apakah itu?
Mengapa semua Assassin setelah Altaïr juga memakai hood?
Lihatlah gambar di atas, tidak ada satupun orang di Italia yang menggunakan hood sebagai bagian dari fashion mereka.
Justru dengan menggunakan hood, anda akan terlihat sangat mencolok, karena tidak ada yang memakai hood selain anda.
Di sini esensi dari assassin sebagai orang yang pandai membaur dan menyamar hilang sama sekali.
Penjaga menjadi buta, tidak bisa melihat anda, padahal anda jelas-jelas mencolok di tengah kerumunan masyarakat.
Begitu juga dengan Connor, Edward, Adewale, Arno, dan banyak assassin lainnya.
Mereka justru makin mencolok karena hood mereka tidak merepresentasikan gaya berpakaian orang pada zamannya.
Logikanya, apabila anda menjadi penjaga, akan sangat mudah mencari assassin, tinggal cari saja yang memakai jubah putih (mayoritas) dan memakai hood, iya bukan?
Penggunaan hood pada hampir tiap karakter terkesan memaksakan image Altaïr yang sudah terlanjur melambangkan game Assassin’s Creed.
Memang benar bahwa dengan hood tersebut, game ini menjadi ikonik dan sangat mudah dikenali.
Tetapi tetap saja, saya agak risih setiap kali memainkan game ini, mengapa seorang bangsawan dari Florence mengenakan hood di saat yang lain tidak?